Selasa, 29 Desember 2015

PELAUT YANG HEBAT TIDAK LAHIR DARI LAUT YANG TENANG


Saya mengadopsi kalimat tersebut dari siapa saya lupa (hehehe) yang jelas itu bukan asli buatan saya. Dan kali ini saya akan sedikit membahas ungkapan tersebut.
            Pelaut yang hebat. Kalimat tersebut mengandung maksud yang positif. Di mana kata “pelaut” dapat diganti dengan subjek apapun (subjek dalam arti positif), seperti murid, anak, guru, dan lain lain. Demikian pula dengan kata “hebat”, dapat diganti dengan bermacam-macam kata, seperti berprestasi, berbakat, berpotensi, dan lain lain. Apabila di rangkai ulang menggunakan subjek yang berbeda-beda akan menjadi seperti ini: “anak yang berbakat”, “murid yang berprestasi”, “guru yang berpotensi”. Kata “pelaut yang hebat” dalam kaca mata saya merupakan cambuk motivasi. Mengapa demikian? Karena dari kata tersebut kita dapat menyisipkan cita-cita kita bersamanya. Bukankah semua pemuda-pemudi penerus bangsa memiliki cita-cita yang ingin sekali dicapai? Nah, dari itu pentingnya kata “pelaut yang hebat” jika kita resapi akan merembes ke segala aspek kehidupan kita untuk mencapainya.
            Laut yang tenang. Tenang berarti sebuah rasa yang nyaman. Nyaman biasanya enggan enyah dari sesuatu yang menyenangkan. Hal tersebut merupakan sebuah suasana di mana manusia memang dibuat dalam keadaan yang kalut menghasut. Sampai kapan para pemuda-pemudi berada dalam zona nyaman mereka. Nyaman bermain game, nyaman tidur-tiduran, nyaman malas-malasan.  Keadaan inilah yang sebenarnya menjadi alasan mendasar para pemuda-pemudi tidak terdengar kiprahnya di masyarakat. Mereka terlalu asyik berada dalam zona nyaman mereka. Mereka enggan melakukan hal-hal yang terlalu memeras otak, tenaga, dan pikiran. Mereka merasa begitu perlu berlama-lama dalam buaian kemalasan.
            Nah, jika saya merangkai ulang kalimat tersebut, “pelaut yang hebat tidak lahir dari laut yang tenang”. Apakah anda sudah bisa menentukan titik hitam (point) dari uraian saya?

Senin, 28 Desember 2015

   KAPAN TERAKHIR KAMU MEMUJI SESEORANG
      Apa yang kita inginkan setelah melakukan sesuatu? Bayaran? Mungkin. Tapi sebenarnya, hal mendasar yang diinginkan seseorang setelah melakukan sesuatu adalah komentar. Komentar dari kita (para komentator), dan tentunya komnetar yang tidak terkesan menjatuhkan. Orang akan lebih suka dan lebih bangga jika diberi komentar yang cenderung untuk memuji. Manusia yang  normal dalam dirinya pasti akan tumbuh rasa ingin dipuji, rasa ingin dikenal orang secara luas. rasa untuk menciptakan dan mengembangkan eksistensi diri.
    

Pujian? Dari mana kita bisa menadapatkan pujian? Mudah. Tinggal kita melakukan sesuatu yang kurang-lebih orang jarang melakukan hal tersebut (tentu saja dalam kegiatan yang positif). Lantas? Apakah hanya cukup dengan itu kita bisa dengan mudah mendapatkan pujian? Tidak. Kalian harus bekerja keras untuk mendapatkan itu. Lakukan yang terbaik dan jangan mudah menyerah. Dan satu hal yang lebih penting. Anda harus mau mengorbankan yang satu ini, yaitu memberi pujian kepada orang lain. Tentu dong, sebagaimana rasa hormat dan rasa saling menghargai, pujian juga sama derajatnya. Jika anda ingin dipuji, maka terlebih dahulu anda harus memuji orang lain. Apakah bisa kita mendapat pujian tanpa harus memuji orang lain? Tentu sangat bisa. Tapi bukankah anda tidak mau dibilang pengecut? Sombong? Dan lain sebagainya? Karena orang yang benar-benar terpuji tidak lahir dari seberapa banyak dia mendapat pujian. Tetapi seberapa ikhlas mereka memberikan pujian kepada orang lain.



Kapan terakhir kali anda memuji seseorang?