Jumat, 09 Juni 2017

MAHASISWA UB BERDAYAKAN RELAWAN SAMPAH DENGAN UBAH SAMPAH ORGANIK MENJADI PUNDI-PUNDI RUPIAH MELALUI INTEGRATED WASTE AQUACULTURE SYSTEM



Sampah merupakan permasalahan yang cukup kompleks yang mana jumlahnya berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi penduduk.  Malang merupakan salah satu daerah yang menghadapi permasalahan terkait sampah dengan jumlah sampah perharinya lebih dari 500 ton. Dengan didominasi oleh sampah organik yakni dengan persentase 61,5% dan sisanya adalah sampah anorganik. Sehingga hal ini berdampak pada penumpukan sampah di titik pembuangan sampah warga yaitu TPS sebelum diangkut ke TPA. Belum adanya sarana dan prasarana pengolahan sampah yang sistematis dan terorganisir menjadikan tumpukan sampah menjadi permasalahan warga, salah satunya yaitu di TPST 3R SITIREJO BERSATU yang terletak di Kecamatan Wagir Malang. Setiap harinya TPST 3R SITIREJO BERSATU mengumpulkan sampah yang berasal dari 850 rumah. Dalam hal pengolahan sampah ke tahap selanjutnya, untuk sampah anorganik biasanya dijual untuk didaur ulang oleh pabrik, sedangkah sampah organik yang melimpah langsung dilimpahkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talangagung Malang. Keterbatasan fasilitas pengangkutan sampah menjadikan tumpukan sampah organik di TPST menimbulkan bau menyengat yang mengganggu warga sekitar. Dan hal ini menjadikan prinsip 3R(Reduce Reuse Recycle) belum dapat diterapakan dengan baik. Sehingga timbulah inovasi pengelolaan sampah agar memberikan dampak positif yang digagas oleh 5 mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya yaitu Dhehan Febrianto, Imanuddin Nur Rahman, Winda Firdayanti, Syifa Nabila dan Ajiza Maulida melalui program Integrated Waste Aquaculture System. 
Konsep Integrated Waste Aquaculture System adalah pemanfaatan sampah organik untuk dijadikan produk-produk  penunjang kegiatan budidaya ikan lele dan ikan nila bioflok secara terintegrasi, yang artinya produk yang dihasilkan dari satu proses saling berkaitan dan berkesinambungan dengan proses selanjutnya. Integrated Waste Aquaculture System dimulai dari  kegiatan pemanfaatan sampah organik untuk dijadikan bahan utama pembuatan media hidup dan pakan cacing tanah, pemanfaatan sampah organik untuk dijadikan bahan campuran pembuatan probiotik perikanan, pemanfaatan sampah organik dan cacing hasil budidaya untuk dijadikan pelet pakan ikan, dan yang pada akhirnya produk-produk yakni probiotik dan pelet buatan sendiri tersebut digunakan untuk menekan biaya produksi kegiatan pendampingan budidaya ikan lele dan  nila bioflok. Budidaya dengan teknologi bioflok artinya yaitu memanfaatkan hasil metabolisme ikan yang mengandung nitrogen untuk diubah menjadi protein yang dapat dimanfaatkan oleh ikan, sehingga ikan tersebut memperoleh protein tambahan dari bioflok disamping pakan yang diberikan. Manfaat penggunaan teknologi bioflok apabila diaplikasikan dengan tepat adalah tidak adanya pergantian air dalam sistem budidaya sehingga teknologi ini ramah lingkungan.  Dengan diameter kolam bundar yaitu 2 meter mampu menampung ikan lele dengan kepadatan 3000 ekor dan ikan nila dengan kepadatan 400 ekor.  Selain itu program Integrated Waste Aquaculture System juga dapat diterapkan dalam pembuatan pupuk cair dan bercocok tanam sayuran di polybag yang juga memanfaatkan air bioflok dari budidaya ikan lele dan nila sebagai tambahan nutrisi tanaman.
Adapun dampak dari pengaplikasian dari Program Kreativitas Mahasiswa melalui Integrated Waste Aquaculture System yaitu dari segi lingkungan mampu menekan jumlah sampah organik sejak ditingkat hulu.  Dengan adanya program ini, maka  sampah organik dapat termanfatkan  >71,25 %, atau dari 247 kg menjadi 71 kg perharinya. Dari dampak ekonomi, program ini juga berpeluang sebagai lapangan pekerjaan yang baru  dimana penerimaan yang didapat dalam satu kali siklus pembesaran  ikan lele bioflok mencapai Rp. 10.500.000. Harapan kedepannya, Integrated Waste Aquaculture System ini dapat diterapkan di tempat-tempat pengelolaan sampah di berbagai daerah di Indonesia, mengingat Integrated Waste Aquaculture System bersifat sitematis, terintegrasi, bermanfaat dan berdaya guna.

Minggu, 04 Desember 2016

Aku dan Perginya Sang Pendongeng




Satu-satunya kisah yang tidak pernah bisa aku lupakan dalam hidupku, satu waktu di mana aku merasa sangat bodoh dengan segala ketidaktahuanku. Tak pernah terpikir sebelumnya, karena yang aku tahu dulu semua kehidupan adalah sebuah perjalanan yang mengasyikkan dalam cerita binatang yang aku baca. Sampai aku tersadar bahwa kancil-kancil pun akan tertangkap pak tani saat mencoba mencuri timun. Ahh, sungguh sial nasib si kancil, pikirku. Dalam kenyatannya beberapa cerita kehidupan memang demikian kejam.
            Teman, di sini akan saya ceritakan masa lalu saya kepada kalian. Saat menginjak bangku kelas 4 SD, di mana saya diangkat dari penyakit paru-paru TBC yang setia menemani saya sejak sekolah taman kanak-kanak. Berangkat dari situ, tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika ternyata Ayah turut diangkat dari kehidupan saya. Masih sangat jelas hari dikabarkan ayah saya kecelakaan. Hari itu hari Senin, pagi sekali sebelum berangkat sekolah Ibu ditelepon paman dan memberi kabar Ayah kecelakaan saat perjalanan menuju Surabaya.  Hari itu Ibu langsung menyusul Ayah ke Surabaya. Jujur, saat itu saya tidak cukup dewasa untuk memahami nurani saya sebagai anak, meskipun dari kecil saya sangat dekat dengan beliau.
Saya dengan seketika melupakan kejadian itu dan bersekolah seperti biasa. Lantas angin sudah membawa berita begitu cepat, saat sampai di sekolah saya memasuki ruang kelas dan langsung duduk, teman saya yang baru datang nyeletuk “Ziz, Ayahmu kecelakaan?”. Spontan dengan cepat sel saraf saya menegur nurani dan hati saya dan memberitahu sekali lagi bahwa Ayah, sang pendongeng yang hebat itu tengah mengalami masa kritisnya di rumah sakit. Mulut saya terkunci menjawab pertanyaan Dani. Dengan perasaan terpukul saya meninggalkan kelas dan pergi ke bawah pohon belimbing di belakang sekolah. Entah apa yang saya rasakan saat itu, saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menangis. Saya tertunduk bersandar pada pohon. Sampai-sampai guru kebingungan mencari, dan baru jam 10 siang seorang teman memergoki saya. Langsung Bu Guru menghampiri dan bertanya mengapa, lalu saya ceritakan semua kesedihan saya. Bu Guru lantas menghibur hati panjang lebar untuk menenangkan hati saya.
Hari Senin berlalu, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu, sama. Saya masih kesepian karena belum bisa berjumpa Ayah yang sedang di rawat di Surabaya, dan juga Ibu yang menemani Ayah ke Surabaya sejak Senin lalu. Saya dititipkan di rumah Bibi. Sabtu itu, saya bersekolah seperti biasa. Karena Sabtu tidak ada jadwal sholat jama’ah di masjid sekolah, jadi sebelum dhuhur kelas sudah dibubarkan. Saya pulang ke rumah Bibi. Di sana ada kedua kakak saya dan sepupu-sepupu saya. Ramai sekali, kami bergurau ria melepas lelah dari sekolah. Namun, semua terkaget saat paman saya pulang membawa berita duka. Ayah meninggal. Semua merasa kehilangan terutama saya. Tidak bisa saya pahami sebetulnya apa arti kehilangan saat itu, yang saya tau saya tidak punya Ayah lagi, tidak ada teman untuk bergurau, tidak ada yang menggendong saya lagi, tidak ada yang mendongeng sebelum tidur lagi.
Saya hanya bisa menangis menunggu jenazah Ayah dipulangkan, sekitar ba’da maghrib jenazah Ayah baru tiba di rumah saya. Saya kecewa ketika semua orang melarang saya menemui beliau. Saya kembali menangis, sampai sekitar tengah malam jenazah Ayah saya dikuburkan. Luka, hanya itu yang saya mengerti. Seorang gadis kelas 4 SD harus berkelahi dengan luka membuncah yang begitu kuat. Berat saya lewati hari-hari dengan pertanyaan kehidupan yang bertubi-tubi. Bagaimana saya nanti malam dan malam selanjutnya tidur tanpa dongeng? Bagaimana jika tidak ada lagi yang menggendong saya? Siapa nanti yang akan membubuhkan tanda tangan di Rapor saya? Apa yang harus saya lakukan jika rantai sepeda saya lepas? Dan masih banyak yang saya tidak tau, Entah.
lambat laun waktu berjalan, saya mulai terbiasa dengan semuanya. Saya bisa memasang rantai sepeda saya yang lepas, saya bisa mendongeng kepada kedua kakak saya saat akan tidur, saya tidak lagi digendong, tapi saya suka menggendong bayi-bayi dan anak anak kecil, saya belajar banyak hal. Saya mulai mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Menjadi kuat dan tidak lemah, itu yang selalu Ibu katakan kepada saya. Karena kita tidak akan tau kapan orang terdekat dan terkasih kita akan meninggalkan kita, jika kita tidak kuat bagaimana kita bisa hidup tanpa mereka? Bersyukur dan tetap husnodzhon kepada Allah SWT, karena kita tidak akan tau kapan kita akan dimenangkan. “Kita memang terpisah dalam raga, namun akan selalu kusambut dirimu dalam doa, Ayah!” (AJIJUNG)

Rabu, 06 April 2016

Ngaji Kyai Suwandi Kitab Nasho-ihul Ibad Selasa 05 April 2016 di Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang



Ngaji Kyai Suwandi  Kitab Nasho-ihul Ibad
Hari Selasa, 05 April 2016 di Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang (LTPLM)
Saya lupa ini menginjak maqolah yang ke berapa, karena saya datang terlambat. Ini beberapa point yang saya sapatkan dari ngaji kemarin. Semoga Barokah...
1.      Sikap “Melihat diri sendiri merasa hebat, dan melihat orang lain rendah”
Sikap yang tidak boleh dimiliki seorang muslim karena sikap tersebut menunjukkan bahwa seseorang itu adalah sombong. Ada kisah yang menceritakan tentang salah seorang Kyai yang dengan sengaja diludahi oleh seseorang, namun beliau tetap berkhusnodzon kepada orang tersebut dan menganggap bahwa perlakuan orang tersebut tidak sengaja. Dari kisah ini dapat diambil hikmah bahwa kita sebagai umat muslim harus selalu berkhusnudzon kepada orang lain, dan tidak boleh berlaku sombong. Sebagai muslim, kita harus melihat diri sendiri dan dicari kesalahannya untuk memperbaiki kekurangan.
2.      Dari Sayyidina Ali bin Abi Tholib”Ada 5 perkara dari sifat-sifat yang membuat rusak orang sholeh” sifat-sifat tersebut di antaranya adalah:
a.       Qana’ah bil Jali, atau qanaah dengan kebodohan, di mana sifat qanaah yang dimiliki seorang muslim namun dapat merusak orang-orang shaleh. Kenapa? Orang yang terlalu menerima keadaan dengan tanpa perhitungan yang matang tidak diperbolehkan dalam islam.
“Allah membenci orang yang pintar di dunianya dan bodoh di akhiratnya” (HR. Imam Hakim)
“Dosanya orang berilmu itu satu, dan dosanya orang bodoh itu dua”(HR. Imam Dailani)
Kesalahan kita sebagai orang muslim itu salah satunya adalah, saat kita tidak mengetahui sesuatu biasanya kita menganggap tidak ada hukumnya bagi orang yang tidak tahu. Padahal justru saat kita tidak tahu itu kita memiliki kewajiban mencari tahu dan mencari kebenaran. Karena jika tidak mencari tahu kita mendapat dosa dua. Dosa yang pertama yaitu dosa karena tidak mencari kebenaran. Dan dosa yang kedua yaitu dosa karena tetap melakukan kesalahan yang kita tidak tahu.
b.      Tamak dunia.
Zuhud dunia membuat hatinya tenang, dan badannya tenang”. Jangan kita ingi memiliki sesuatu yang di atas kemampuan kita kecuali ilmu.
“Tamak kepada dunia itu membuat lelah hati dan badan” (HR. Tabrani)
“Dunia boleh di cari untuk bekal akhirat dengan ridho Allah. Karena seburuk-buruk tempat tinggal adalah tempat tinggal dunia yang mencegah untuk menuju akhirat” (HR. Tabrani)
c.       Berlebih-lebihan dalam hal perut (makanan) padahal di luar sana banyak yang kelaparan.
d.      Riya’ dalam beramal, yaitu meninggal ikhlas dengan melihat selain Allah.
“Sejelek-jeleknya manusia itu yang mengetahui namun berkata tidak tahu, dan orang yang tidak tahu berlaku seolah-olah tahu”

Alhamdulillah, ngajinya sudah selesai. Namun sebenarnya masih ada beberapa yang belum tersampaikan, namun saat itu saya ketiduran akhirnya materinya terpotong sampai di sini. Semoga membawa barokah J. Mohon maaf jika ada salah dalam penulisan ataupun periwayatan hadist maupun kesalahan materi, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. #maulidah