Sampah merupakan
permasalahan yang cukup kompleks yang mana jumlahnya berbanding lurus dengan
pertumbuhan populasi penduduk. Malang
merupakan salah satu daerah yang menghadapi permasalahan terkait sampah dengan jumlah sampah
perharinya lebih dari 500 ton. Dengan didominasi oleh sampah organik yakni
dengan persentase 61,5% dan sisanya adalah sampah anorganik. Sehingga
hal ini berdampak pada penumpukan sampah di titik pembuangan sampah warga yaitu
TPS sebelum diangkut ke TPA. Belum
adanya sarana dan prasarana pengolahan sampah yang sistematis dan
terorganisir menjadikan tumpukan sampah menjadi permasalahan warga, salah
satunya yaitu di TPST 3R SITIREJO BERSATU yang terletak di Kecamatan Wagir
Malang. Setiap harinya TPST 3R SITIREJO BERSATU mengumpulkan sampah yang
berasal dari 850 rumah. Dalam hal pengolahan sampah ke tahap selanjutnya, untuk
sampah anorganik biasanya dijual untuk didaur ulang oleh pabrik, sedangkah
sampah organik yang melimpah langsung dilimpahkan ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Talangagung Malang. Keterbatasan fasilitas pengangkutan sampah
menjadikan tumpukan sampah organik di TPST menimbulkan bau menyengat yang
mengganggu warga sekitar. Dan hal ini menjadikan prinsip 3R(Reduce Reuse Recycle) belum dapat
diterapakan dengan baik. Sehingga timbulah inovasi pengelolaan sampah agar
memberikan dampak positif yang digagas oleh 5 mahasiswa Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya yaitu Dhehan Febrianto, Imanuddin Nur
Rahman, Winda Firdayanti, Syifa Nabila dan Ajiza Maulida melalui program Integrated Waste Aquaculture System.
Konsep Integrated Waste Aquaculture System
adalah pemanfaatan sampah organik untuk dijadikan produk-produk penunjang kegiatan budidaya ikan lele dan
ikan nila bioflok secara terintegrasi, yang artinya produk yang dihasilkan dari satu
proses saling berkaitan dan berkesinambungan dengan proses selanjutnya. Integrated Waste Aquaculture System dimulai dari kegiatan pemanfaatan sampah organik untuk
dijadikan bahan utama pembuatan media hidup dan pakan cacing tanah, pemanfaatan
sampah organik untuk dijadikan bahan campuran pembuatan probiotik perikanan,
pemanfaatan sampah organik dan cacing hasil budidaya untuk dijadikan pelet
pakan ikan, dan yang pada akhirnya produk-produk yakni probiotik dan pelet
buatan sendiri tersebut digunakan untuk menekan biaya produksi kegiatan pendampingan
budidaya ikan lele dan nila bioflok. Budidaya
dengan teknologi bioflok artinya yaitu memanfaatkan hasil metabolisme ikan yang
mengandung nitrogen untuk diubah menjadi protein yang dapat dimanfaatkan oleh
ikan, sehingga ikan tersebut memperoleh protein tambahan dari bioflok disamping
pakan yang diberikan. Manfaat penggunaan teknologi bioflok apabila
diaplikasikan dengan tepat adalah tidak adanya pergantian air dalam sistem
budidaya sehingga teknologi ini ramah lingkungan. Dengan diameter
kolam bundar yaitu 2 meter mampu menampung ikan lele dengan kepadatan 3000 ekor
dan ikan nila dengan kepadatan 400 ekor.
Selain itu program Integrated
Waste Aquaculture System juga dapat diterapkan dalam pembuatan pupuk cair dan
bercocok tanam sayuran di polybag yang juga memanfaatkan air bioflok dari
budidaya ikan lele dan nila sebagai tambahan nutrisi tanaman.
Adapun dampak dari pengaplikasian
dari Program Kreativitas Mahasiswa melalui Integrated
Waste Aquaculture System yaitu dari segi lingkungan mampu
menekan jumlah sampah organik sejak
ditingkat hulu. Dengan adanya program ini, maka
sampah organik dapat termanfatkan
>71,25 %, atau dari 247 kg menjadi 71 kg perharinya. Dari dampak
ekonomi, program ini juga berpeluang sebagai lapangan pekerjaan yang baru dimana penerimaan yang didapat dalam satu kali siklus
pembesaran ikan lele bioflok mencapai
Rp. 10.500.000. Harapan kedepannya, Integrated
Waste Aquaculture System ini dapat diterapkan di tempat-tempat pengelolaan sampah di
berbagai daerah di Indonesia, mengingat Integrated
Waste Aquaculture System bersifat sitematis, terintegrasi,
bermanfaat dan berdaya guna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar